Tampilkan postingan dengan label Objek Material dan Formal Filsafat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Objek Material dan Formal Filsafat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 April 2025

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT


A.Latar Belakang 

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang diberi kelebihan oleh tuhan agar mereka dapat berpikir, sehinggga memiliki daya tarik untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui oleh makhluk lainnya. Dari hal tersebut manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk ciptaan tuhan yang lain. Dengan kompetensi inilah manusia dapat mengembangkan pengetahuannya lebih luas lagi.

Dalam proses awal, manusia menggunakan daya pikir dan nalarnya untuk memperoleh suatu pengetahuan yaitu dengan cara mencari tau dan menganilisa sebab terjadinya suatu kejadian atau peristiwa. Manusia dapat menggunakan daya pikirnya untuk berpikir, dengan menempuh langkah - langkah baru untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang belum ada atau belum terselesaikan oleh manusia sebelumya. Kegiatan berpikir akan membuahkan suatu pengetahuan jika dibarengi dengan penelitian atau menganalisis suatu objek secara mendalam. Dalam filsafat ada dua objek yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk membentuk suatu pengetahuan. Objek tersebut adalah objek material dan objek formal.[1] Dari hal tersebut penulis tertarik ingin mengkaji dan mengembangkan apa yang dimaksud dengan kedua objek itu.

B.Objek Material Filsafat

Filsafat adalah cabang dari ilmu pengetahuan. Dalam pengertian luas filsafat merupakan  pengembangan pengetahuan dengan cara berdiskusi sehingga dapat berbuah penjelasan dan definisi khusus dalam mempelajari objek yang terkait dengan filsafat. Dalam mengkaji atau mendalami filsafat terdapat dua jenis objek, yaitu objek material dan formal. Objek material dapat di definisikan menjadi kajian dari segala sesuatu yang ada maupun yang mungkin ada. Di sini kata ada memiliki tiga makna yaitu ada secara nyata, ada dalam pikiran dan ada dalam kemungkinan.[2]

Objek ini memiliki banyak kesamaan dengan unsur – unsur sains, namun ada beberapa perbedaan, diantaranya yaitu jika sains meneliti material berdasarkan pengalaman atau percobaan. Sedangkan filsafat meneliti sesuatu yang belum ada atau terwujud. Seperti Tuhan, hari kiamat, dan lain sebagainya. Jadi, dapat kita pahami bahwa objek material filsafat memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan objek material sains.[3]

Suatu keberadaan dapat diartikan ke dalam dua kategori yaitu keberadaan karena hakikatnya dan keberadaan yang bersifat relatif. Keberadaan yang bersifat relatif tersebut hanya akan terjadi jika ditentukan oleh eksistensi lainya. Dengan kata lain keberadaan itu ada yang wajib  dan ada yang mungkin.

Manusia termasuk ke dalam objek material filsafat, terutama jika ditinjau dari posisinya, manusia merupakan makhluk di dunia yang memiliki peran dan fungsi sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Namun lain halnya jika yang di bahas mengenai nasib, takdir, jodoh, rezeki, usia, dan masa depan, maka arah objek material berpindah ke objek formal. Dalam konteks ini filsafat memberikan sebuah jawaban yang menggunakan pola pikir semata tanpa tanpa bergantung pada kebenaran empiris atau hasil observasi ilmiah.

Sebagai contoh, mari kita lihat fenomena tidur dan mimpi. Tidur adalah waktu di mana tubuh dan sistem saraf manusia beristirahat. Kelelahan pada mata, rasa letih pada tubuh, atau bahkan kondisi terlalu kenyang bisa memicu rasa kantuk yang akhirnya membuat seseorang tertidur pulas. Dalam keadaan tidur, mimpi kerap muncul, padahal secara nyata orang yang bermimpi sedang berada dalam kondisi bawah sadar. Tidur sering disamakan dengan kematian, dan kematian dianggap sebagai tidur yang sangat panjang. Namun, timbul pertanyaan: bagaimana seseorang yang tidak sadar bisa mengalami mimpi? Apakah mimpi merupakan kenyataan atau hanya sekadar ilusi? Tentu saja, seseorang yang sedang tidur tidak bisa secara sadar membayangkan sesuatu. Oleh karena itu, mimpi dapat dianggap sebagai sebuah realitas yang terjadi di dalam alam bawah sadar. Misalnya, seseorang yang bermimpi dikejar makhluk menakutkan bisa benar-benar merasa ketakutan, tubuhnya gelisah saat tidur, bahkan bisa berteriak histeris.[4]

Dari sudut pandang filsafat, jika mimpi buruk saja bisa membuat seseorang merasa tersiksa saat tidur, maka bagaimana dengan mereka yang telah meninggal dan dihantui oleh dosa, serta mengalami mimpi yang mungkin menjadi penyebab penderitaannya? Ilustrasi ini menunjukkan bahwa tidur dan mimpi termasuk ke dalam objek material filsafat. Sementara itu, kaitan antara mimpi dan kenyataan yang lebih dalam, serta hubungannya dengan kemungkinan siksaan di alam kubur, masuk dalam ranah objek formal filsafat. Oleh karena itu, untuk memahami makna dan rahasia di balik mimpi, diperlukan perenungan dan pemikiran yang mendalam secara filosofis.[5] 

C. Objek Formal Filsafat

Objek formal merupakan pendekatan yang mendalam, dimana pendekatan ini merujuk pada upaya memahami apa arti filsafat dan bagian-bagiannya secara mendalam. Dalam konteks ini kata mendalam mencerminkan keingintahuan terhadap hal - hal yang bersifat non empiris, yaitu sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindra dan pengalaman.[6]

Perbedaan antara disiplin ilmu yang satu dengan ilmu lain dapat ditentukan oleh objek formal itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan lebih cenderung membatasi dirinya sendiri dan berhenti pada pengalaman empiris semata, maka filsafat tidak membatasi dirinya dan berupaya mengkaji dengan sedalam mungkin untuk memperoleh pengetahuan yang hakiki.[7]

Secara fundamental, setiap cabang ilmu memiliki dua jenis objek yaitu objek Material dan objek Formal. Objek material merupakan suatu kajian ilmu yang merujuk pada hal - hal empiris, misalnya dalam ilmu kedokteran, dimana tubuh manusia menjadi objek materialnya. Sedangkan objek formal adalah pendekatan yang dilakukan untuk memahami objek material tersebut. Dalam kontes ini, filsafat dapat diartikan sebagai aktivitas berpikir yang sistematis dan juga radikal, karena memiliki kedua objek tersebut. Objek filsafat merupakan cakupan segala realitas yang ada, baik yang bersifat empiris maupun non empiris. Realitas yang nyata mengacu pada dunia empiris, sedangkan yang tidak nyata berkaitan dengan metafisika. Beberapa fillosof mengklarifikasikan objek material menjadi tiga kategori, yaitu eksistensi yang berada di alam empiris, pikiran, dan eksistensi yang kemungkinan ada dalam potensial. Selain itu objek formal filsafat  merupakan cara pandang yang menyeluruh, mendalam, dan rasional kepada seluruh eksistensi yang ada.[8]

D.Kesimpulan

Objek filsafat ada dua yaitu objek material dan objek formal

Objek material dapat di definisikan menjadi kajian dari segala sesuatu yang ada maupun yang mungkin ada. Sedangkan Objek formal merupakan pendekatan yang mendalam, dimana pendekatan ini merujuk pada upaya memahami apa arti filsafat dan bagian-bagiannya secara mendalam. Dalam konteks ini kata mendalam mencerminkan keingintahuan terhadap hal - hal yang bersifat non empiris, yaitu sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindra dan pengalaman


DAFTAR PUSTAKA

Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025

Atang Abdul Hakim dan Ahmad Saebani Beni, Filsafat Umum dan Metologi Sampai TeofilosofiBandung : CV Pustaka Setia, 2008

Ahmadi AsmoroFilsafat UmumJakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013

Tafsir AhmadFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai CapraBandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013

Referensi.
1. Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025.
2. Asmoro AhmadiFilsafat Umum(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h.9
3. Ahmad TafsirFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai Capra(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.21
4. Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani , Filsafat Umum dan Metologi Sampai Teofilosofi(Bandung : CV Pustaka Setia, 2008), h.20
5.Ibid, h.21 – 22
6. Ahmad TafsirFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai Capra,………......, h.21
7. Asmoro AhmadiFilsafat Umum,…………………….………………, h.9

8. Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025. 

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT

A.Latar Belakang  Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang diberi kelebihan oleh tuhan agar mereka dapat berpikir, sehinggga memiliki ...